Bhayangkara News : Sejarah
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Juni 2023

Bangkai Kapal Perang Di Perairan Indonesia




Belanda dan Inggris protes ke Indonesia karena bangkai kapal perangnya hilang di Laut Jawa. Indonesia menegaskan menjaga bangkai kapal perang bukan tanggung jawabnya.

"Pemerintah Belanda tak bisa menyalahkan Pemerintah Indonesia karena mereka tak pernah meminta kami melindungi kapal-kapal itu. Tidak ada perjanjian atau pengumuman, jadi saat kapalnya hilang, itu bukan tanggung jawab kami," kata peneliti Pusat Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (18/11/2016).



Selama ini, imbuhnya, baik Belanda dan Inggris, belum pernah ada permintaan untuk penelitian bersama tentang bangkai kapal perang yang karam itu. Sehingga klaim bahwa bangkai kapal itu hilang, menurut Bambang, hanya klaim sepihak yang tak pernah menggandeng periset Indonesia.

"Bila dikatakan bangkai kapal hilang itu oleh pemulung besi, pakai apa teknologinya? Pemulung besi itu penyelam tradisional, pakai oksigen, bukan pakai kompresor. Itu dalamnya 60 meter, bangkai kapalnya itu panjang 170 meter, pakai teknologi apa mengangkatnya?" tutur Bambang.

Pula status "kapal perang" membuat lokasi itu tak serta merta menjadi situs cagar budaya. Soal bangkai kapal ini, imbuhnya, banyak instansi di Indonesia yang terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Direktorat Purbakala Kemendikbud dan TNI AL. Sampai saat ini, belum ada permintaan kerjasama riset dari Belanda dan Inggris terkait bangkai kapal itu, maka Indonesia tak bisa berbuat apa-apa.

"Bangkai kapal perang itu sebenarnya bisa jadi situs cagar budaya. Cuma untuk jadi situs cagar budaya, ada prosesnya, harus melalui penelitian bersama. Jadi lokasi bangkai kapal perang itu belum jadi situs cagar budaya," jelas dia.

Mengenai penjagaan bangkai kapal perang itu, TNI AL melalui Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Kolonel Laut (P) Gig Jonias Mozes Sipasulta mengatakan, secara internasional kekebalan sebagai "kapal perang" tetap ada walaupun sudah tenggelam.

"Akan tetapi, tidak secara otomatis Indonesia bertanggung jawab terhadap kapal tersebut," jelas Gig dalam konfirmasi tertulis pada detikcom, hari ini.

Soal lokasi bangkai kapal perang menjadi cagar budaya, Gig memperkuat keterangan Bambang.Kebiasaan yang dipakai untuk bangkai kapal perang yang karam, antara lain tempat tersebut bisa dijadikan sebagai tempat cagar budaya.

"Tetapi ini harus ada pembicaraan dan surat permohonan dari Pemerintah Negara yang merasa memiliki kapal tersebut dengan Indonesia," jelas Gig.

Sebelumnya, seperti dilansir Daily Mail, Pemerintah Inggris mengecam hilangnya bangkai kapal perang itu.

"Pemerintah Inggris mengecam gangguan tidak sah pada setiap kapal karam yang berisi sisa-sisa jasad manusia," tegas juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris.

Kemenhan Inggris menduga hilangnya bangkai kapal ini dikarenakan telah diambil oleh para pemulung besi tua ilegal.

"Bangkai (kapal) itu nyaris semua dipindahkan dari dasar laut oleh pemulung besi ilegal," demikian kecaman yang dikeluarkan oleh Kemenhan Inggris.

Bangkai kapal-kapal perang Inggris, yaitu HMS Exeter, kapal perusak HMS Encounter dan HMS Electra, tenggelam di Laut Jawa setelah bertempur dengan pasukan Jepang pada bulan Maret 1942.

"Kami telah menghubungi pihak berwenang di Indonesia untuk mengekspresikan perhatian serius kami dan meminta mereka untuk menyelidiki laporan dan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi situs dari gangguan yang lebih jauh," ujar juru bicara Kemenhan Inggris.

Tuduhan keterlibatan kelompok pemulung besi tua ilegal juga disuarakan oleh pihak Belanda yang tiga bangkai kapal perangnya juga hilang di Laut Jawa. Kabinet Belanda, dilansir NRC, menyampaikan keprihatinannya dan menyebut penjamahan atas ketiga bangkai kapal perang tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional.

Mengenai kejadian ini, Belanda telah memberi tahu negara-negara terkait, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Indonesia. Selanjutnya Belanda mengupayakan investigasi atas hilangnya ketiga bangkai kapal perangnya itu.

"Kita prihatin atas apa yang terjadi, sebab ini menyangkut 'makam perang' yang harus dihormati. Saya mesti menunggu hasil investigasi, setelah itu Anda akan tahu lebih lanjut dari saya," ujar Menteri Pertahanan Belanda Jeanine Antoinette Hennis-Plasschaert seperti dikutip detikcom dari RTL Late Night.


Sementara itu, berdasarkan pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Belanda, bankai kapal HMNLS De Ruyter dan HMNLS Java hilang keseluruhan. Bagian terbesar HMNLS Kortenaer juga dinyatakan hilang. Ketiga kapal perang itu ditemukan oleh penyelam amatir pada tahun 2002 lalu, 60 tahun setelah kapal itu tenggelam.  (Detik)

Sekaa Gong Banjar Jasri Belega Ungkap Spirit Perjuangan Kebo Iwa



Duta Gong Kebyar Dewasa Kabupaten Gianyar untuk Pesta Kesenian Bali (PKB) ke XLI tahun 2019 Sekaa Gong Panji Kumara Mas dari banjar Jasri, Belega, Blahbatuh berkolaborasi dengan Sekaa Gong Dwija Cita Langu, Karang Taruna Putra Persada, Sukawati menunjukkan performa spektakuler pada pergelaran gong kebyar tingkat dewasa dalam rangkaian HUT Kota Gianyar ke-248 di Open Stage Balai Budaya, Minggu (28/4) malam.

Persembahan perdana dimulai dengan atraksi tabuh kreasi kekebyaran “Ambarawa”, yang bermakna angin, nafas, kekuatan maha dashyat berasal dari kesadaran, menjadi energi maha positif halus. "Ambarawa, merupakan refleksi kekuataan kebersamaan, dan kepekaan alam,” jelas Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar Wayan Jagra.

Selanjutnya, SG Panji Kumara membius penonton dengan tari kreasinya bertajuk Panji Bala Aga, yang membawa spirit Kebo Iwa menjadi semangat perjuangan masyarakat Blahbatuh pada masa kini. Semangat itu terpancar dalam konsistensinya melestarikan kearifan lokal kerajinan Bambu di Belega

Kemudian Solah Ngerawit “Hyang Tri Semaya” membuat penonton semakin larut dalam alunan gambelan. Bercerita tentang Sang Hyang Wisnu dalam semadinya, melihat ketidakwajaran di Marcepada. Hyang Tri Semaya, Brahma, Wisnu, Iswara turun ke marcepada membuat kesenian. Seni tabuh, seni tari diiringi para gandarwa. Terbang ke segala penjuru untuk menyebar kesenian. Dewa Wisnu menari telek, Brahma menari Tupeng Bang, dan Sang Hyang Iswara menjadi Barong Suari.

Penampilan pamungkas dari SG Panji Kumara Mas menyuguhkan Swara Yantra. Yaitu tentang hidup menjadi karunia ketika sudah melampaui lapisan - lapisan kesadaran tubuh, hingga mencapai kesadaran diri sejati. Nada Swara adalah Yantra atau sarana untuk menuju Hyang Maha Swara yaitu Iswara. Getaran dari lantunan nada-nada purwa, digarap dalam sentuhan kekinian dengan memberdayakan nada-nada Gong Kebyar, sebagai sarana untuk menuju Hyang Maha Swara.

Usai penampilan memukau dari SG Panji Kumara Mas, berikutnya SG Dwija Cita Langu, Karang Taruna Putra Persada Sukawati menunjukkan performa yang tidak kalah takjub. Dengan mempersembahkan tabuh pat lelambatan kreatif (Wangsul), mereka berhasil menjaga energi penonton yang seakan tiada habisnya untuk tetap menikmati pertunjukan.

Menurut Jagra, Wangsul dalam hal ini diartikan sebagai pulang kembali ke jati diri sesungguhnya. Sebab, selama ini, di dunia sudah sangat penuh dengan aktivitas dan kreativitas yang kadang membuat jenuh, sehingga menghasilkan kegelisahan hati berkepanjangan. Penata ingin kembali tunjukkan jati diri penuh dengan kelembutan, kehalusan, keagungan, dan ketenangan.

Selanjutnya, penampilan kedua berupa tabuh kreasi ‘Maskumambang’. Adalah gending kebyar yang diciptakan tahun 2007 silam oleh composer Nyoman Winda ini merupakan sosok kumbang memiliki warna kemilau keemasan. Maskumambang menjadi simbol dari jenis serangga indah yang menginspirasi gending kreasi gong kebyar, memberi dinamika yang saling merendah, dan mengukur setiap batas kekuatan warna yang ada. Sehingga memunculkan keterpaduan yang indah. Berikutnya, performa terakhir dari Gong Kebyar Dewasa itu ditutup dengan tari kebyar duduk.


Original Link Source:

Selasa, 13 Agustus 2019

Sering Dilalui Warga, Jalan Ini Rupanya Terdapat Struktur Bangunan Kuno


Warga dan Karang Taruna Pulorejo didampingi tim DPN dan perwakilan Kokam Muhammadiyah melakukan pelacakan sementara untuk pembuktian fisik Selasa (13/8/2019)

KEDIRI,LINTASBATASINDONESIA.COM - Sebuah dugaan struktur batu bata bagian dari bangunan kuno kembali ditemukan di pekarangan milik warga dan jalan umum perswahan tepatnya di Dusun Pulorejo Desa Krecek Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Jawa Timur. Selasa (13/8/2019).


Temuan struktur batu bata itu diduga bagian dari bangunan kuno lantaran berukuran besar ,nampak terlihat jelas strukturnya juga terlihat melintang melewati  badan jalan umum warga menuju pemakaman umum TPU Dusun Pulorejo.

Belum dapat diketahui pasti berapa kedalaman maupun panjang dari struktur bangunan kuno tersebut, namun saat dilakukan penggalian oleh komunitas penyelamat dan pelestari benda cagar budaya tim damar panuluh nusantara bersama pemuda karang taruna dan juga warga, struktur bangunan kuno tersebut nampak terlihat jelas dari atas permukaan tanah membentuk sudut yang masuk ke pekarangan milik warga.

Keberadaan temuan struktur bangunan candi itu selain masuk ke pekarangan milik warga dan badan jalan menuju pemakaman umum TPU Dusun Pulorejo,  juga terlihat jelas mengarah ke persawahan Dusun Bumirejo.

Memang temuan struktur batu bata diduga bagian dari bangunan kuno itu keberadaannya berada di perbatasan dua Dusun di satu wilayah Desa Krecek yaitu Dusun Pulorejo dengan Dusun Bumirejo.


Struktur batu bata diduga bagian dari bangunan kuno yang berhasil ditampakkan

Temuan batu bata kuno tersebut berawal dari tim damar panuluh nusantara yang tak sengaja melintas di jalan menuju kepemakaman umun dusun Pulorejo pada Senin sore (12 Agustus 2019 ) , tim melihat ada sebuah  batu bata kuno berukuran besar tergeletak dibawah rerimbunan pohon bambu.

Selanjutnya tim meminta izin kepada RT setempat dan juga izin kepada pemuda karang taruna serta pemilik lahan untuk melalukan pelacakan .

Setelah dilakukan pengecekan terhadap benda itu ,tidak jauh dari sebuah batu bata kuno tersebut ditempat tim memakirkan sepeda motornya tepat dibawah motornya terdapat sebuah struktur bangunan kuno yang masih tersusun rapi, dan tidak jauh dari itu di sebelah bagian barat kurang lebih 11 meter dari temuan pertama juga terdapat sebuah struktur batu bata kuno sebagian tersusun dan sebagian retak diterjang lalu lalang kendaraan.

Jadi temuan awal ,tim tidak melakukan penggalian karena sudah terlihat sangat jelas dari atas permukaan tanah. Jika kedua struktur bangunan kuno itu kalau diamati maka akan bertemu dan membentuk sudut.

Terlihat jelas, struktur bangunan kuno itu diperkirakan dulunya sejajar dengan sawah yang ada di Dusun Bumirejo jaraknya sekitar 4 meter, jadi kondisi saat ditemukan struktur batu bata itu dari pekarangan warga sampai ke badan jalan dan putus terbelah oleh parit dari aliran perairan sawah Dusun Bumirejo.


Puluhan warga dan pemuda serta anak anak berdatangan melihat temuan struktur batu bata kuno 

Jadi sebelumnya struktur bangunan itu dulunya adalah sejajar satu bagian dengan reruntuhan batu bata kuno yang ada di sawah Bumirejo itu.

Selain struktur batu bata kuno yang ditemukan, juga terlihat ada reruntuhan batu bata kuno di area parit sawah sebelah selatan, yang diduga itu juga termasuk bagian dari struktur batu bata yang sudah berhasil digali sedalam 30 cm.

Dari analisa tim damar panuluh nusantara mengirakan bahwa temuan struktur batu bata kuno yang ditemukan dipekarangan milik warga, di badan jalan dan diparit sawah itu ada hubungannya dengan temuan Candi Puthok Ghong yang berada di sawah milik Dwi Peni Muafatin yang ditemukan disebelah bagian timur pada sebulan yang lalu. Lantaran ukuran batu batanya sama persis dan jaraknya pun kurang lebih 500 meter.

Pembuktian bersama karang taruna dan warga pada sore itu mematik perhatian masyarakat ,sehingga warga yang penasaran berbondong bondong mendatangi temuan tersebut.

Menurut warga, mereka juga heran kenapa temuan peninggalan bersejarah itu baru ia ketahui saat ini, padahal sejak kecil hingga dewasa lokasi itu sering dilalui oleh warga .

Ada yang sebagian warga tahu bahwa dilokasi itu ada batu bata berukuran besar ,saking kurang pahamnya maka dibiarkan begitu saja.

Warga berharap agar temuan ini bisa ditindak lanjuti oleh dinas terkait maupun pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kediri agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. (amin)

Jumat, 28 Juni 2019

Kisah Bubarnya Imperium Romawi ( 50 SM)



Kekaisaran Romawi (Latin: IMPERIVM ROMANVM atau Imperium Romanum) adalah sebuah entitas politik yang pernah berkuasa di Italia saat ini dengan Roma sebagai pusat pemerintahannya. Walaupun kota Roma telah berdiri sejak tahun 753 SM, perlu waktu 500 tahun bagi pemerintah Romawi untuk meneguhkan kekuasaannya hingga melewati semenanjung Italia.

Dalam proses memperluas kekuasaannya, Romawi berbenturan dengan Kartago (pemerintahan yang didirikan tahun 814 SM oleh bangsa Fenisia). Akibatnya, keduanya berperang dalam sebuah peperangan yang disebut Perang Punic (264-241 SM). Perang ini berakhir dengan direbutnya kota Kartago oleh Romawi pada tahun 146 SM, yang menandai permulaan dari dominasi pemerintahan Romawi di Eropa, yang terus berkuasa dengan kekuasaan tertinggi selama enam abad berikutnya.


Bagian selanjutnya akan menguraikan peristiwa-peristiwa besar (Major Event) yang terjadi selama Kekaisaran Romawi berdiri.

Pembubaran Republik Romawi (50 SM)

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Republik Romawi
Julius Caesar dikenang sebagai kaisar Romawi paling sempurna (walaupun Roma masih merupakan sebuah republik semasa hidupnya dan jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal). Ia memerintah Republik Romawi beberapa tahun setelah penaklukan kekuatan terakhir bangsa galia di bukit alesia, hingga kematian tragisnya di sidang senat pada 44 SM.

Kekuasaan yang dimiliki Julius Caesar didapatkannya ketika ia masih menjabat sebagai salah satu anggota Triumvirat (sebuah dewan pemerintahan yang terdiri atas tiga serangkai, ketika itu : Caesar, Pompei dan Crassus) sebagai pemimpin militer. Pada saat itulah ia memulai rencananya untuk merebut daerah luas di utara eropa yang dikuasai bangsa Galia dengan dukungan sahabatnya, Pompei (106-48 SM).

Sejak dikalahkannya Kartago, sekitar satu abad sebelum Caesar lahir, Republik Roma dipenuhi dengan perang saudara, pemberontakan kekuatan militer, korupsi, dan ketidak puasan terhadap dewan Senat sebagai pusat pemerintahan. Suatu kondisi politik yang kacau di sebuah republik yang berkuasa di laut tengah. Dengan berdirinya Triumvirat, beberapa masalah mampu ditangani, walaupun Caesar menyadari bahwa sistem republik sudah tidak layak dipertahankan.

Di tangan Julius Caesar bangsa romawi mulai mewujudkan mimpinya untuk menyerang timur laut dan utara eropa. Ia mendesak perbatasan Romawi sampai ke daratan Inggris (Brittania) sehingga lebih dari separuh benua eropa berada di bawah kekuasaan Republik Roma. Namun kemenangan Caesar dianggap ancaman terhadap republik oleh sebagian anggota Senat, bahkan Pompei ikut mendukung Senat untuk melawan Caesar. Keadaan tersebut memaksa Caesar untuk melakukan Kudeta dan mengabaikan hukum pemerintahan republik itu. Dari utara, Caesar bersama tentaranya menyerang dan merebut kota Roma dari tangan Senat, mengalahkan Pompei dan mengejarnya sampai ke Mesir (dimana yang ia dapatkan hanya kepala Pompei yg tersisa akibat pembunuhan yang dilakukan persekongkolan di mesir, hal tersebut sangat disesali oleh Caesar). Kemenangan Julius Caesar menjadikannya sebagai penguasa Roma dengan kekuasaan mutlak. Ia terus memerintah sampai tewas dibunuh oleh sekelompok orang yang masih mendukung republik pada tahun 44 SM.

Julius Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma - dan tentu saja, sejarah Eropa. Di Roma sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik (walaupun harus melakukan kudeta dan berperang melawan teman seperjuangannya, Pompeius magnus) dan menciptakan jabatan yang menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan jabatan resmi oleh kemenakannya Octavianus (63 SM-14 Masehi) ketika ia memegang kekuasaan setelah kematian pamannya. Tatkala Caesar baru mulai memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut Tengah. Pada waktu kematiannya, Roma juga menjadi pemerintahan adikuasa yang pertama di Eropa-atau boleh jadi di seluruh dunia (dengan pengecualian Persia dibawah Cyrus dan Macedonia dibawah Alexander). (wikipedia)

Senin, 04 Februari 2019

BALAS DENDAM KERATON SOLO KEPADA KOMUNIS


Solo pernah menjadi ibukota dari Daerah Istimewa Surakarta, sama halnya dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, Keraton Surakarta juga diberik hak Istimewa setelah proklamasi kemerdekaan 19 Agustus 1945.

Keraton Surakarta bahkan mengirim maklumat kesetiaan pada Republik lebih dulu dibandingkan keraton Yogyakarta pada tanggal 1 September 1945, sedangkan Yogyakarta baru pada tanggal 5 September 1945.

Tanggal 6 September, Presiden Soekarno mengeluarkan piagam penetapan bahwa kedua kerajaan tersebut mendapat hak daerah istimewa setara propinsi yang langsung berhubungan dengan pemerintah pusat.

Masalahnya adalah, saat revolusi, Keraton Jogja dipimpin oleh raja yang tangguh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sedangkan Keraton Solo baru saja ditinggal mati rajanya, Pakubuwana XI pada Juni 1945. Pakubuwana XII dilantik pada Juli 1945 dan proklamasi kemerdekaan pada Agustus 1945.

Cepatnya perubahan zaman pada waktu itu, mulai dari pergantian raja di dalam keraton, Perang Dunia kedua, proklamasi Indonesia hingga perang revolusi mempertahankan kemerdekaan. Membuat arah kebijakan keraton Solo menjadi gagap. Raja yang baru, Pakubuwana XII baru berusia 20 tahun saat dinobatkan menjadi raja. Di awal masa pemerintahan, dia didampingi ibunya yang dijuluki Ibu Ageng.Di Yogyakarta, untuk menghadapi keadaan zaman yang genting ini, Sultan Hamengkubuwana IX mengambil alih kekuasaan secara penuh utuh dan mutlak setelah Patih Danurejo mengundurkan diri, pensiun dini.

Di Solo, karena usia Raja yang dianggap masih belia, selain didampingi oleh Ibunya juga dibantu oleh Patih sebagai orang yang menjalankan pemerintahan sehari-hari. Saat Yogyakarta menjadi Ibukota sementara Indonesia, Solo tumbuh menjadi basis kekuatan oposisi. Orang-orang Indonesia yang anti pemerintah dan lari dari Jakarta tidak sudi tinggal di Jogja, berada dalam satu kota dengan Sutan Syahrir, Perdana Menteri saat itu.

Partai-partai yang anti Syahrir seperti PNI, Laskar Barisan Banteng, serta tokoh-tokoh yang anti Soekarno seperti Tan Malaka dan Dr. Moewardi memilih Solo sebagai basis perjuangan. Secara militer, Kota Solo dikuasai oleh para pejuang dari laskar Barisan Banteng di bawah pimpinan Dr. Moewardi yang berfaham sosialis. Kekuatan Laskar Barisan Banteng sangat besar dengan memiliki cabang-cabang di tiap-tiap Karisidenan, ranting-ranting di Kabupaten, dan anak ranting di Kawedanaan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat. Khusus di Solo dibentuk Divisi Laskar Banteng di bawah pimpinan Anwar Santoso yang membawahi 5 resimen, berkedudukan di Kartasura, Solo, Wonogiri dan Sragen. Kekuatanya menandingi TKR yang baru dibentuk di Jogja.

Pada tanggal 5 Januari 1946 Moewardi menggalang pertemuan di Purwokerto, mempertemukan partai-partai dan badan-badan perjuangan yang tidak sehaluan dengan “politik” Kabinet Syahrir untuk membentuk Persatuan Perjuangan (PP). Kabinet Syahrir dituding pro Belanda yang selalu mengedepankan perundingan yang merugikan Indonesia.
Di dalam Daerah Istimewa Surakarta, Moewardid idukung oleh Jenderal Sudirman dan laskar-laskar berfaham sosialis telah mengkudeta kekuasaan Keraton Solo. Mulai dibunuhnya Pepatih Dalem Kasunanan KRMH Sosrodiningrat pada 17 Oktober 1945.

Pada Maret 1946 bupati-bupati yang umumnya kerabat raja ditangkap dan diganti orang-orang yang pro gerakan Moewardi. Maret 1946, Pepatih Dalem yang baru KRMT Yudonagoro juga diculik dan dibunuh. April 1946, 9 pejabat Kepatihan mengalami hal yang sama.Puncak konflik terjadi pada Maret 1946, Barisan Banteng yang dipimpin Moewardi dan Tan Malaka serta Divisi TKR yang dipimpin oleh Mayjen Soedarsono menculik PM Sutan Syahrir dan Pakubuwana XII sebagai bentuk protes terhadap hasil kerja pemerintahan yang hanya mengandalkan diplomasi yang merugikan Indonesia.

Presiden Soekarno, mengeluarkan dekrit pembubaran kabinet dan menarik kembali kekuasaan penuh ke tangan presiden. Dia menyuruh Jenderal Sudirman untuk membasmi gerakan ini, namun Jenderal Sudirman yang dikenal dekat dengan Moewardi tidak melakukan gerakan penumpasan.

Presiden Soekarno lalu menyuruh Soeharto, yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel. Soeharto berpura-pura bersimpati pada pemberontakan dan menawarkan perlindungan pada Mayjen Soedarsono dan ke 14 orang pimpinan sipil di markas resimen tentara di Wiyoro. Malam harinya Lt. Kol. Soeharto membujuk Mayjen Soedarsono dan para pimpinan pemberontak untuk menghadap Presiden RI di Istana Presiden di Jogyakarta.

Tanggal 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjatanya dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Yogyakarta oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal., pemberontakan tersebut memang gagal. Namun berhasil menumbangkan pondasi monarki Keraton Solo dan Daerah Istimewa Surakarta (DIS). Sejak

Atas saran dari Panglima Besar Jenderal Sudirman, Pemerintah RI membekukan status DIS dan menurunkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunegaran dan daerah Surakarta yang bersifat istimewa sebagai karesidenan sebelum bentuk dan susunannya ditetapkan undang-undang. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara hanya sebagai simbol saja di masyarakat dan warga negara Republik Indonesia, serta Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa.
Kota Solo dikuasai oleh orang-orang Sosialis. Pada akhir 1947, mereka yang punya faham sosialis pecah menjadi dua karena kedatangan Musso.

Yang ingin segera melakukan revolusi, pindah posisi ke Madiun, sedangkan sosialis yang tetap bertahan dengan revolusi damai menetap di Solo. Konflik ini menyebabkan Dr. Moewardi pemimpin Banteng Merah, dibunuh oleh pasukan Musso. Saat gerakan 30 September 1965 gagal, Kota Solo menjadi tujuan pelarian pimpinan PKI termasuk DN Aidit sang ketua umum, karena akar sosialisme tertanam kuat di kota ini.

Saat pasukan RPKAD di bawah pimpinan Sarwo Edhie menyerbut kota ini, Keraton Solo seperti menumpahkan rasa dendam kesumatnya pada kaum sosialis kiri yang pernah menumbangkanya.
Kompleks keraton menjadi pusat penjara untuk menahan mereka yang berfaham kiri sebelum dieksekusi atau dikirim ke tempat lain. Bahkan Sasono Mulyo, komplek milik Putra Mahkota juga dijadikan penjara bagi kaum sosialis komunis. komplek keraton seakan menjadi saksi sejarah bahwa mereka telah membalas dendam kepada kaum sosialis yang dulu pada tahun 1946 telah meruntuhkan kekuasaan penghuninya.(KutipanSejarah/MPNI)
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done